Ini bukan tentang perjalanan atau apapun. Maaf ya, Day 2 dan Day 3 di Jogja tertunda dulu, tapi kalo sebuah pikiran yang satu ini ga ditulis, nanti keburu menguap, kemudian lupa.
Berawal dari membaca novel karangan Dewi Lestari berjudul Partikel. Yang saya ceritakan ini cuma secuil bahkan hanya beberapa pengalaman kecil dari si pemeran utama yang bernama Zarah Amala. Intinya, Zarah punya sahabat dan pacar, terus bisa ditebak lah ya kalau ternyata sahabat dan pacarnya itu nusuk Zarah dari belakang, mereka berdua selingkuh di belakang Zarah. Diluar cerita yang 'biasa' ini, saya rekomendasikan untuk baca SEMUA novel karangan Dewi Lestari, serius. Novelnya bagus, tutur kata, struktur kalimat, penghayatan, edukasi, semuanya PAS disajikan.
Begini, saya yakin orang seperti Zarah yang tahan mental pun ternyata mempunyai pengalaman patah hati. Sahabatnya yang sangat disayang ini hadir untuk kemudian ia buang jauh-jauh. Mantan pacarnya yang hadir dan membuat Zarah lumpuh total (dalam arti bukan sebenarnya), ternyata hadir untuk kemudia ia tinggalkan. Bukan soal perasaan yang mau saya bahas di tulisan ini.
Sejak dulu saya percaya kalau Tuhan tidak menciptakan satu makhluk pun untuk sekadar mampir atau hanya untuk hidup, menikah, punya anak, punya menantu, punya cucu, kemudian mati digerogoti cacing. Dalam kasus Zarah, saya percaya sahabatnya hadir di dunia bukan hanya untuk menyakiti hatinya pada akhirnya, dan pacarnya hadir dalam hidupnya bahkan bukan untuk membuatnya merasa dikhianati. Coba kita runut sebentar. Sahabat Zarah hadir untuk memberinya pengalaman bahwa persahabatan itu indah sekaligus bisa jadi menyakitkan kalau dikecewakan. Hal ini tentunya membuat saya menarik kesimpulan bahwa sahabatnya hadir dalam hidupnya untuk memberinya banyak pelajaran mengenai persahabatan, kepercayaan, dan pengkhianatan. Mantan pacar Zarah pun hadir bukan tanpa tujuan, ia hadir untuk mengajarkan Zarah pelajaran hidup bernama hubungan, cinta, kepercayaan, dan pengkhianatan. Keduanya adalah sahabat sekaligus pacar pertama Zarah.
Saya menyimpulkan bahwa sedikit demi sedikit, kita hadir di dunia ini mungkin bukan sebagai orang yang dikenal banyak orang, tapi kegunaan kita di dunia ini pun kadang untuk menunjang peranan orang-orang bernama besar dan penting di dunia. Seperti sahabat Zarah yang memberinya kepercayaan dan menghempaskan kepercayaan itu dengan mudah, ia hadir di dunia untuk memberi pelajaran kepada Zarah tentang arti pentingnya sebuah kepercayaan dan betapa menyakitkannya dikecewakan. Dari situ Zarah dapat belajar untuk menghargai kepercayaan orang lain melalui kesalahan sahabatnya. Mantan pacar Zarah hadir di dunia untuk memberi pelajaran kepada Zarah bahwa kepercayaan yang menyangkut perasaan cinta itu penting, tapi lebih penting untuk menyeimbangkan antara logika dan perasaan, sehingga keduanya saling dalam 'kendali'. Dari pengalaman bersama pacarnya, ia bisa belajar untuk memegang kepercayaan orang yang dicintainya sekaligus tetap 'waspada'. Mungkin kedua orang tersebut, memang ditakdirkan lahir di dunia sebagai orang pertama yang membuat Zarah mempelajari arti persahabatan dan cinta untuk pertama kalinya, sekaligus pelajaran pengkhianatan untuk pertama kalinya juga. Selepas peran itu, mereka berdua pasti punya peran lain terhadap manusia lain.
Saya juga sering berpikir, apa yang membuat saya terlahir di dunia ini? apa gunanya saya di dunia ini? apa tugas saya di dunia ini? saya yakin saya punya kegunaan yang walaupun kecil, tapi mampu membantu dunia ini terus berputar. Bahkan Einstein lahir di dunia ini tidak lepas dari peran ibunya bukan? maka seorang wanita telah berperan, yang awalnya ia anggap perannya di dunia ini kecil, ternyata membawa perubahan besar, yaitu melahirkan seorang ilmuan besar dunia, Einstein. Kadang kita merasa diri kita tidak mempunyai peran besar, tapi suatu hari nanti, entah kita sudah renta atau belum, saya yakin kita akan pernah berucap "dia kan orang yang dulu saya..... (bantu, kenal, dll)" terhadap orang-orang bernama besar yang telah memberikan peran besar terhadap perputaran dunia. Bahkan untuk memberikan pengalaman pahit kepada orang-orang bernama besar pun, kita juga berguna bukan? memberikan pengalaman paling pahit yang sekaligus paling tidak ingin diulang dan membuatnya belajar tentang kehidupan. Dan bahkan seorang pembantu rumah tangga sekalipun berguna bagi orang-orang yang sekarang bernama besar, kalau bukan karna pembantu rumah tangga, maka ia tidak akan menjadi manusia dengan nama besar, karna konsentrasinya terpecah antara keperluan rumah dan ambisinya untuk menjadi orang sukses.